Perkembangan kondisi perekonomian
dunia yang semakin cepat menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti
perubahan-perubahan yang ada. Bagi perusahaan
go public atau telah mengeluarkan saham dan mencatatkannya di bursa
efek, angka–angka atau indikator kinerja yang dihasilkannya harus melalui
proses penilaian yang objektif sehingga secara efektif bisa memberikan gambaran
tentang perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Angka–angka kinerja itu
2menjadi masukan penting bagi investor untuk membeli atau melakukan transaksi
saham atas perusahaan yang bersangkutan.
Salah satu alat bantu yang
digunakan untuk menghasilkan angka–angka yang menunjukkan kinerja suatu
perusahaan adalah yang diperkenalkan oleh G. Bennet Steward, III, Managing
Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya The Quest for Value (dalam
Tunggal, 2001:1). Alat bantu ini sangat bermanfaaat untuk menilai kinerja
perusahaan yang ditunjukkan dengan angka–angka, di mana fokus penilaian yang digunakan untuk mengukur
laba ekonomi dalam suatu perusahaan,
yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan bisa
memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of
capital).
Perbankan sebagai tiang pokok perekonomian di Indonesia merupakan sektor
yang paling terpukul dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997. Krisis
tersebut mengubah struktur permodalan dan peta perbankan Indonesia dari sekitar
240 bank menjadi 134 bank. Selain itu, pemerintah mengulurkan Rp 655 trilun
untuk program pemulihan perbankan dengan instrumen Bantuan Likuiditas Bank
Indoensia (BLBI), Rp 434 triliun diantaranya tersedot untuk program
rekapitalisasi (InfoBank No. 294, Oktober 2003:14-18). Data Bank Indonesia per
Desember 2004 menunjukkan terdapat 133 bank dengan total asset Rp 1.272,30
trilyun dan total modal Rp 118,60 trilun. Dari 133 bank tersebut, 23 bank telah
listing di Bursa Efek Jakarta, dan 5 bank terbesar dari segi asset, dan modal
yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan juga saham lima bank
tersebut dalam setiap transaksinya selalu mencatat nilai transaksi terbesar
dalam perdagangan di Bursa Efek Jakarta. Kelima bank tersebut adalah Bank
Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank
Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon (BDMN).
Selama ini, alat ukur kinerja perbankan yang menjadi
ukuran tingkat kesehatan perbankan diatur dalam SK Direksi BI No. 34/II/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997. Meskipun sudah ada ukuran yang jelas tentang angka–angka
yang menunjukkan tingkat kinerja perbankan, tetapi penelitian ini ukuran
kinerja 3perbankan itu dilihat dari hubungan stuktur modal perbankan dengan
konsep Economic Value Added (EVA).
Dari hal di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dan menganalisis EVA Bank Mandiri (BMRI),
Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia
(BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon (BDMN); (2) mengetahui dan
menganalisis seberapa besar hubungan antara perubahan struktur utang bank
dengan perubahan nilai EVA; dan (c) mengetahui dan menganalisis seberapa besar
hubungan antara perubahan modal saham
bank dengan perubahan nilai EVA
READ MORE : C H E C K DISINI
0 komentar:
Posting Komentar