Senin, 18 November 2013

Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Economic Value Added (Eva) Guna Menilai Kinerja Perbankan (Studi Kasus Saham Lima Bank Terbesar Berdasarkan Aset Dan Modal Di Bej Tahun 2003–2004)

Perkembangan kondisi perekonomian dunia yang semakin cepat menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahan-perubahan yang ada. Bagi perusahaan  go public atau telah mengeluarkan saham dan mencatatkannya di bursa efek, angka–angka atau indikator kinerja yang dihasilkannya harus melalui proses penilaian yang objektif sehingga secara efektif bisa memberikan gambaran tentang perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Angka–angka kinerja itu 2menjadi masukan penting bagi investor untuk membeli atau melakukan transaksi saham atas perusahaan yang bersangkutan.
Salah satu alat bantu yang digunakan untuk menghasilkan angka–angka yang menunjukkan kinerja suatu perusahaan adalah yang diperkenalkan oleh G. Bennet Steward, III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya The Quest for Value (dalam Tunggal, 2001:1). Alat bantu ini sangat bermanfaaat untuk menilai kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan angka–angka, di mana  fokus penilaian yang digunakan untuk mengukur laba  ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan bisa memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital).  
       Perbankan sebagai tiang pokok perekonomian di Indonesia merupakan sektor yang paling terpukul dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997. Krisis tersebut mengubah struktur permodalan dan peta perbankan Indonesia dari sekitar 240 bank menjadi 134 bank. Selain itu, pemerintah mengulurkan Rp 655 trilun untuk program pemulihan perbankan dengan instrumen Bantuan Likuiditas Bank Indoensia (BLBI), Rp 434 triliun diantaranya tersedot untuk program rekapitalisasi (InfoBank No. 294, Oktober 2003:14-18). Data Bank Indonesia per Desember 2004 menunjukkan terdapat 133 bank dengan total asset Rp 1.272,30 trilyun dan total modal Rp 118,60 trilun. Dari 133 bank tersebut, 23 bank telah listing di Bursa Efek Jakarta, dan 5 bank terbesar dari segi asset, dan modal yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan juga saham lima bank tersebut dalam setiap transaksinya selalu mencatat nilai transaksi terbesar dalam perdagangan di Bursa Efek Jakarta. Kelima bank tersebut adalah Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon (BDMN).
Selama ini, alat ukur kinerja perbankan yang menjadi ukuran tingkat kesehatan perbankan diatur dalam SK Direksi BI No. 34/II/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Meskipun sudah ada ukuran yang jelas tentang angka–angka yang menunjukkan tingkat kinerja perbankan, tetapi penelitian ini ukuran kinerja 3perbankan itu dilihat dari hubungan stuktur modal perbankan dengan konsep Economic Value Added (EVA).
Dari hal di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dan menganalisis EVA Bank Mandiri (BMRI), Bank Central  Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon (BDMN); (2) mengetahui dan menganalisis seberapa besar hubungan antara perubahan struktur utang bank dengan perubahan nilai EVA; dan (c) mengetahui dan menganalisis seberapa besar hubungan  antara perubahan modal saham bank dengan perubahan nilai EVA

READ MORE : C H E C K DISINI

0 komentar:

Posting Komentar